Rabu, 26 Agustus 2015

Mengenang Seratus Harimu Bang Fa’i

Judul: PERTAMA DAN TERAKHIR
Karya: Etty Diallova Pratama - Taipei


“Mimpikah aku, Sayang. Karena kini kau telah pergi tuk selamanya,” sembari kuciumi foto yang terpampang di Buku Yassin.

Aku mengenalnya di dunia maya, sebuah aplikasi berlambang huruf F, dan berwarna biru--Facebook--kami saling bertegur sapa.
Berawal dari sebuah Komunitas Pantun, dia--Rifai Sigam--adalah seorang pencinta seni dan penggiat budaya baik di dunia maya maupun dunia nyata.
Sedangkan aku, adalah seorang TKI di Taiwan yang bertugas menjaga seorang nenek yang sudah lumpuh.
Sekatan dan aturan pekerjaan tidak memperbolehkanku bebas keluar dan bertemu teman. Hanya melalui Sosmed aku bercengkrama dengan para sahabat.
Berawal dari postingan status, beradu komentar, melalui seorang sahabatnya yang kebetulan adalah teman baikku, ia mendapatkan nomor kontakku.

“Assalamuallaikum …!” sapanya pada chat Whats’ap.

“Wallaikumussalam …!” jawabku.

Gayung pun bersambut, entah siapa yang memulai hubungan antara kami semakin dekat. Komunikasi lewat video call pun terjadi. Tak jarang dia mengirimiku foto keluarganya seperti; ibu dan Ayahnya untuk menyakinkanku bahwa hubungan kami tidaklah sebatas aplikasi seluler, namun berharap bisa berlanjut ke dunia nyata.

“Sayang jangan lupa maem ya! Jaga kesehatanmu di sana.” itulah kalimat yang selalu ia lontarkan dipenghujung percakapan kami di telpone.

“Iya. Pasti, Abang! Selamat beraktivitasnya!” timpalku kemudian.

Dia selalu memberiku semangat, menjalani hari-hari di Bumi Formosa, seolah bentangan samudera yang luas dapat kami lewati dengan aplikasi gratisan handpone pintar.
Kala itu sepuluh bulan menjelang kefinishan kontrak pertamaku.
“Cinta dunia maya adalah semu“ banyak orang beranggapan demikian, namun kami ingin membuktikan bahwa “Cinta suci“ itu ada, meski perjumpaan hanya melalui suara dan gambar di layar kaca.

“Abang yakin, keluarga abang akan menerima aku? Yang statusnya hanya seorang TKI?” pertanyaan kulontarkan di balik speaker TAB seksi berwarna putih kesayanganku.

“Insya Allah pasti mereka welcome, Sayang. Abang sudah cerita semuanya tentang hubungan kita,“ terdengar suara teduhnya di ujung sana, yang membuat hatiku damai.

“Terima kasih ya, Abang! Sudah menerimaku apa adanya, ingat…! Aku anak orang gak mampu, sehingga harus berjihad ke sini.“

“Iya, Sayang. Abang juga anak orang gak mampu kog, kita sama. Jadi tidak ada yang perlu disungkankan.”

*****************************

Hari-hari kita lalui bersama, bercengkrama dalam derai tawa. Seolah kami saling berdekatan, tiada jarak yang memisahkan.
 Sejak pagi mulai membuka mata, hingga malam menjelang tidur kami selalu berkiriman pesan. Ada saja hal-hal kecil yang kami obrolkan. Beginilah cinta ceritanya tiada berakhir.
Sampai suatu hati tidak kudapati pesan darinya, aplikasi What's ap, BBM dan Facebooknya juga nggak aktif.



“Apa yang terjadi dengannya?“ gumamku dalam hati.

Kucoba menekan digit angka yang telah hafal di luar kepala, yaitu nomor telponnya namun tetap tidak ada yang menjawab. Hatiku terasa gundah gulana, kemanakah kiranya Arjuna yang kupuja, mengapa diam tiada berita. Kucoba bertanya kepada teman-teman kami sesama Komunitas Pantun, namun dari mereka pun tidak ad yang tahu kabar si Abang.

“AssalamuAllaikum, maaf saya ibunya Fa‘i, ia searang ada di rumah sakit.“
Degh … terasa jantungku berhenti berdetak, membaca pesan yang tertera di layar si Putih kesayanganku. Dengan cepat kutekan tombol hijau untuk menghubungi nomor yang baru saja mengirim pesan tersebut.
Menurut punuturan sang ibu, abang jatuh di kamar mandi sehingga menyebabkan mengecilnya urat saraf pada bagian kepala. Saat ini sedang berada di ruang ICU karena belum sadarkan diri.

“Ya Allah … berikanlah kesembuhan kepadanya, orang yang hamba sayangi. Tolong jaga dan selalu beri kesehatan,“ untaian doaku setiap sujud untuk menghadap Sang Khalik.

***********************

Waktu pun terus berputar, melindas apapun yang berada di lingkarannya. Semakin mendekati masa cutiku ke tanah air. Rasa yang bercampur aduk, dilema mulai melanda dalam benakku. Di sisi lain aku bahagia akan bertemu keluarga. Namun di satu sisi keadaan kekasihku belum juga membaik. Meski kini telah sadar dan melakukan rawat jalan.

Semenjak masa sakitnya, abang banyak berubah. Emosinya sering meledak-ledak tanpa penyebab yang jelas. Lagi-lagi atas nama cinta aku tetap sabar menghadapinya, memaklumi keadannya yang baru keluar dari rumah sakit.


29 November 2014


Pesawat China AirLand yang kutumpangi mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno-Hatta. Welcome in Indonesia, negeri yang telah tiga tahun aku tinggalkan.
Setelah mengambil bagasi, kumelangkah menuju Gate Two, terpampang tulisan ‘Diallova’ pada sebuah karton putih.

Yah … mereka adalah keluarga abang yang datang menjemputku. Betapa terkejut hati ini kala kulihat seorang lelaki bertubuh tinggi besar duduk di dalam Mobil Daihatsu Kuda.
Dialah Abangku, orang yang setahun lebih menemani hari-hariku di Formosa.

“Apa kabar, Bang?” sembari kuulurkan tanganku untuk bersalaman.

“Ba … baik,” suara itu terbata-bata.

Tess … Buliran bening ini membasahi kedua mutiara beningku, rasanya tidak tega aku melihat keadaannya. Wajahnya pucat, matanya cekung, dan tidak bisa berjalan sendiri. Harus dibantu agar tidak terjatuh. Makanya saat menjemputku beliau harus ditemani oleh sang adik, karena tidak diperkenankan untuk menyetir mobil sendiri.

Mobil yang kami tumpangi melaju dengan cepat di atas jalan raya mulus menuju daerah Jiung, Kemayoran. Jakarta-Pusat. Sepanjang perjalanan tangan kami berpegangan seolah tak mau lepas. Sesekali mata kami saling melirik dan beradu pandang.
Meski dalam keadaan lemah, aku dapat merasakan kehangatan kasih sayang abang yang begitu besar. Cinta yang kami bina kini benar-benar terbawa ke dunia nyata.
Rumah yang besar dan mewah di kawasan Kemayoran, perpagar besi tinggi dilengkapi dengan CCTV membuktikan bahwa keluarga abang adalah orang yang berbobot.

“Terima kasih ya, Nak Nova. Tolong bantu semangati Fai agar terus melawan penyakitnya,” ucap sang ibu seraya mengelus pundakku.

“Iya, Bu. Insya Allah akan semangati abang agar cepat sembuh.”

Selama empat hari di rumah abang, perasaanku seperti teraduk-aduk, antara cinta dan rasa iba berbaur menjadi satu. Dengan sabar dan kasih kutemani abang sehari-hari, makan bersama, bercanda. Terlihat jelas kebahagiaan di balik wajah pucatnya. Bahkan aku juga menemani abang ke dokter untuk terapi masa pemulihannya.

“Sayang, mimpikah Abang, kita bisa berkumpul dan bersama sekarang?”


“Tidak, Abang. Kita tidak sedang bermimpi. Ini nyata, kita bersama dan bahagia,” sembari kukerlingkan mataku, tanda menggoda.

“Iya, Sayang. Nanti kalau abang sembuh, abang akan pergi ke Lampung untuk melamarmu. Kita akan menikah dan hidup bersama.”

“Iya, Abang. Yang penting abang sembuh dulu ya? Baru kita fikirkan rencana pernikahan.”

Air mata yang telah beberapa hari ini kubendung, akhirnya jebol juga dan membasahi kedua belah pipiku, namun dengan cekatan aku mengusapnya karena takut Abang akan semakin sedih.

Namun di balik semuanya, hatiku meronta. Apa yang harus kulakukan? Orang tuaku pasti tidak akan merestui hubungan kami, karena kondisi abang yang sakit parah.

“Mungkinkah Aku akan menikah dengan abang? Sedangkan keadaannya begini …!” pertanyaan itu terus menggema dalam hatiku.

Namun lagi-lagi rasa cinta kami begitu besar, tak tega aku meninggalkannya pada masa seperti ini. Karena baginya semangat dan dukunganku adalah motivasi terbesarnya untuk sembuh dan bisa melamarku ke Lampung.

*******************************

“Aku pulang ya, Bang. Cepat sembuh ya! Ingat harus tetap semangat…!!” seraya kudaratkan ciuman mesra di pipinya.

“Ha … hati ya, Sayang. Jaga dirimu di perjalanan. Kalau sudah sampai rumah kabari abang,” dengan memeluk erat tubuhku seolah tak ingin lepas.

Kulihat buliran bening jatuh di kedua belah telaga yang sayu itu, aku tahu benar betapa abang masih ingin aku di sisinya. Namun aku harus terbang ke Lampung menemui keluarga dan orang tua yang kusayangi.

Sebelum aku cek in pesawat, kucium punggung tangan bapak dan ibu IBrahim. Beliau berdua turut serta mengantarkanku ke bandara. Karena kondisi abang yang tidak mungkin mengantarkanku seorang diri.

Hari berganti minggu, lalu merambah di akhir bulan. Yang kutunggu-tunggu untuk datang melamar tak kunjung tiba, keadaannya bukan semakin berangsur membaik, justru sebaliknya.
Kini abang tidak bisa diajak komunikasi lagi, aku hanya berhubungan dengan bapak, ibu dan mba Nana, adik kandung abang. Sementara waktu dua bulan cutiku telah habis dan mewajibkab untuk kembali ke Negeri Formosa untuk melaksanakan kewajibanku kembali.

Tepat tiga bulan untuk kontrakku yang kedua, abang pergi menghadap Allah SWT.
Menurut penuturan keluarganya, abang mengidap penyakit Meningitis. Atau lebih terkenal dengan radang selaput otak.
Penyakit mematikan yang juga menyerang Almarhum komedian terkenal di Indonesia yaitu Olga Syahputra.

Sungguh pukulan telak menghantam diriku. Ingin sekali memeluk tubuhnya meski yang terakhir kali dan menghanarkannya ke tempat peristirahatan yang terakhir, namun itu tidak mungkin. Karena aku baru saya mengambil masa cutiku.

Teruntuk Yang Kusayangi

Selamat jalan sayang
Cintamu tetap terjeda rapi di sanubari
Kesetiaanku akan terjaga
Kuiringi kepergianmu dengan kidung doa
Kutaburi nisanmu dengan bunga cinta
Pahatan kesetian mengukir namamu di batu nisan
Harum cintamu bagai kasturi
Di setiap sudut rindu di hati


Sampai kutulis cerita ini, saat di mana menjelang seratus hari Almarhum, yang setiap rekaman indah kebersaan kami tetap rapi di dalam ingatanku. Almarhum pun sering menyambangiku meski melalui mimpi. Pertemuanku dengannya adalah pertemuan yang pertama dan terakhir.
Semoga damai engkau di surga sayang, di sini aku masih menyayangimu.


Taiwan, 05 Agustus 2015


                                                                          ~~@@~~










Minggu, 23 Agustus 2015

Berharganya Selembar KTA

Ketika Selembar KTAku Sangat Berharga
Oleh: Etty Diallova

Setelah seharian mengikuti kegiatan di gedung Ikatan Pekerja Indonesia Taiwan (IPIT), aku bersamaku, Deinara melangkah menuju Alun-alun Taipe.
Aula. Yah … di sanalah tempat berkumpul para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk berkumpul dan bertemu dangan para sahabatnya. Baik itu sahabat dari kampung, ataupun yang bertemu di sosmed lalu janjian untuk ketemuan. Seperti aku dan sahabatku Deinara, kami bertemu di Facebook lalu sama-sama bergabung pada sebuah Komunitas Penulis Kreatif Taiwan (KPKers Taiwan).

Deinara dengan handphone pintarnya sibuk berselfie ria, jeprat sana-sini. Sedangkan aku, ditemani segelas City Coffee, kubuka si Seksi putih Samsung yang baru saja kukeluarkan dari sarangnya. Kumainkan jari-jari di atas tuts keyboard untuk menulis beberapa suku kata yang bermain dalam otakku.

“Minum jamu, Mba!” suara seserang menyapaku.

“Owh … Terima kasih, Mas. Saya punya segelas kopi,” sahutku seraya menoleh kebelakang, siapakah gerangan seseorang yang menyapaku itu.

Seorang cowok, berkulit sawo matang, berambut cepak, menyungging senyumnya kepadaku.
Sudah biasa, bila sesama Buruh Migran Indonesia (BMI) bila bertemu saling bertegur sapa tanda persaudaraan.

“Kog hari Minggu ini tumben sedikit ya, yang libur?” imbuhnya kemudian.

“Iya ni, mungkin karena bencana Topan Soudelor kemarin, jadi sedikit yang libur. Anginnya kan kencang, sampai merenggut teman sesama BMI,” jawabku dengan panjang lebar.

“Iyaa, Mba. Itu yang meninggal adalah sahabatku.“

Muncul imajinasiku untuk mewawancarainya, bertanya siapakah sosong Agung Wibowo dengan tujuan untuk membuat profil almarhum untuk dimuat di sebuah majalah di Taiwan.

“Hemm … boleh kita berbincang-bincang sedikit tentang almarhum, Mas?!”

Namun pemuda di hadapanku tak bergeming, pandangan matanya berbicara seolah beliau ragu apakah aku orang baik atau bukan. Kulihat teman di sampingnya pun memberikan isyarat, agar beliau tidak terlalu banyak membuka percakapan tentang almarhum.

“Tenang, Mas. Aku bukan orang jahat! Ini kartu tanda anggotaku!” seraya kusodorkan Kartu Tanda Anggota (KTA) dari komunitas kepanulisanku.
Untunglah KTA itu selalu berada dalam tas laptopku, jadi setiap aku libur untuk belajar, aku selalu membawanya ikut serta.
Pemuda itu terdiam, memandangi foto dan identitas yang tertera di KTA tersebut.

Seraya tersenyum ia berucap “Baik, Mba. Aku bersedia diwawancarai.”

Dengan cekatan aku mengambil pena dan buku catatan kecil, yang berada dalam tas hitamku, satu persatu mulai kutanyakan prihal almarhum Agung Wibowo, seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menjadi korban amukan Topan Soudelor.

----------------

Liburan yang menyenangkan kala itu, selain belajar, bertemu teman sesama anggota komunitas, serta sempat praktik langsung untuk mewawancarai seorang nara sumber.


Taipei, 09-08-205

----------

Alhamdulilah liputan itu akan terbit di majalah Taiwan berbahasa Indonesia.






Memori Kunjungan Sang Motivator Abah Adrie Noor ke Taiwan

Kunjungan Sang Motivator Abah Adrie Noor ke Taiwan
Karya: Etty Diallova Pratama (KPKers Taiwan)


Sabtu, 18 Juli 2015 sang motivator dunia literasi Abah Adrie Noor bertolak menuju Bumi Formosa. Dari Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kuala Lumpur, Malaysia.
Singgah selama 3 jam lalu meneruskan perjalanan menuju Bandara Touyoun, Taiwan.
Perjalanan yang cukup melelahkan, namun untuk menemui sobat penulis yang mayoritas adalah BMI, Abah Andrie mengatakan kelelahan itu terasa hilang.


Pesawat mendarat pukul 22.25 waktu Taiwan, seorang anggota KPKers Taiwan bernama Exo, menjemput abah di Bandara.Ia bertugas mengantar Abah ke hotel sekaligus merangkap sebagai tour guide.
Exo mengantar abah menuju hotel untuk beristirahat, karena keesokan harinya Abah Adrie akan mengisi acara Kopdar ketiga Komunitas Penulis Kreaktif Taiwan (KPKers Taiwan).


Bertempat di Daan park, Taipei berlangsung acara kepenulisan yang dihadiri oleh para penulis muda berbakat. Para peserta begitu antusias mendengarkan berbagai tips yang Abah berikan untuk menjadi seorang good writer dan membuat sebuah karya yang diminati pembaca.


Para peserta juga tidak segan-segan melontarkan pertanyaan yang sekiranya belum mereka fahami. Acara berlangsung dengan terbit dan meriah. Kesan mendalam disampaikan oleh trainer sekaligus penulis buku best seller ini, beliau merasa sangat tersanjung mendapat sambutan yang hangat dan penuh kekeluargaan. Pengorbanan yang patut diacungi jempol. Karena semua terplaning dan terkoordinir dengan baik.


Para BMI yang tergabung di KPKers Taiwan, memiliki semangat yang luar biasa dan kecintaan yang mendalam di dunia literasi. Mereka sangat antusias menggali ilmu guna mengembangkan talenta dan mengharumkan nama bangsa.


Meskipun masih pemula dan berprofesi sebagai BMI, mereka memiliki skill, ability, dan knowledge di dunia kepenulisan. Semua dapat dilihat dari semangat, ucapan dan karya mereka yang tidak kalah dari para penulis di Indonesia. Di sela kesibukan mereka masih mampu mengukir prestasi. Pada kesempatan itu pula Abah memberikan cindera mata berupa buku bacaan yang nomor pesertanya tercantum dalam undian doorprise.


Acara selesai pukul 16.00 waktu setempat, Abah Adrie ditemani beberapa anggota KPKers mengunjungi Chiang Kai Sek Memorial Hall. Salah satu tempat yang mempunyai cerita bersejarah.
Setelah melihat-lihat sejenak rombongan meneruskan perjalanan menuju Taipei Main Station daerah bawah tanah untuk berburu souvenir dari Negeri Tirai Bambu tersebut.


Meskipun harus basah kuyup tampak keceriaan di wajah mereka. Sungguh sebuah moment yang sangat indah dan tak kan terlupakan.
Pertemuan yang sangat singkat, karena malam hari Abah harus bertolak kembali ke tanah air.
Namun meninggalkan kesan dan mendalam bersama balutan kekeluargaan.


Ditanyai bagaimana kesannya terhadap Bumi Formosa, Abah Adrie menjawab “Formosa adalah negeri yang cantik. Ditata dengan apik sehingga sangat menarik bagi siapa pun yang mengunjunginya. Rapi, bersih, disiplin, perpaduan moderinisasi tanpa meninggalkan etnichal identity di setiap lekukan bangunan yang berdiri kokoh.” sungguh mengesankan.




Sebelum meninggalkan Bumi Formosa Abah Adrie pun berpesan kepada seluruh BMI agar memanfaatkan waktu sebaik-baikknya, mengisi liburan dengan kegiatan yang positif untuk menambah ilmu pengetahuan dan dapat diterapkan setelah kembali ke tanah air.
Bekerja secara profesional yang mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri. Karena sobat BMI juga telah memiliki mindset dan visioner untuk terus maju dan berkembang.
Kelak, jadilah tuan di atas bumi sendiri, dunia tidak akan berubah, selama kita sendiri tidak mau merubah, Be transfom, be positive, and be success.


Taipei, 26 Juli 2015








Sabtu, 22 Agustus 2015

Mari Bersyukur Atas segala Nikmat

INDAHNYA BERSYUKUR
Karya: Etty Diallova Pratama (KPKers Taiwan)


Bersyukur adalah hal sederhana tetapi dapat memberikan sesuatu yang indah di dalam hidup kita. Dari hal-hal kecil yang kita nikmati seperti: bersyukur masih dapat menghirup udara segar, dan membuka mata di pagi hari.
Karena semua itu adalah berkah dan anugerah yang diberikan Allah SWT dan tiada ternilai harganya.
Terkadang manusia lupa atau mungkin tidak merasa, sehingga hal-hal indah yang kita nikmati seolah hanya biasa saja dan tidak patut untuk disyukuri.

Seperti saat kita mendapatkan rezeki, hendaklah kita berbagi dengan fakir miskin dan anak terlantar, karena sesungguhnya sepertiga bagian dari harta kita adalah hak bagi mereka yang tidak mampu.
Dengan bersyukur maka sifat kikir dan tamak akan menjauh, melalui berbagi apa yang kita dapatkan menjadi berkah dan membawa sebuah ketentraman saat menikmati hasil jerih payah kita, maka disaat itulah kita mengalami kemenangan.

Kita ambil contoh kisah seorang nenek penjual tempe.
Beliau membuat tempe untuk dijual, dan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Suatu hari tempe-tempenya ada tidak jadi, alias gagal produk.
Di dalam hatinya si Nenek sangat sedih, karena esok hari tidak tahu apakah tempe-tempe itu akan laku dijual.
Namun, semua itu tidak membuat beliau berputus asa.
Nenek itu tetap membawa daganganya ke pasar, dengan niat bismillah semoga tempe-tempenya laris manis dipasarkan.
Sehingga bisa membeli beras dan lauk pauk untuk makan ia dan cucu semata wayangnya yang masih SD.
Dari pagi sampai menjelang siang, tak seorang pun mau membeli dagangannya, dengan alasan kurang enak untuk digoreng.
Dengan terus berdoa wanita tua tetap sabar menunggui daganganya tersebut.
Sampai datanglah seorang wanita muda berpenampilan cantik, ia ingin membeli tempe dibawa ke luar kota, sebagai oleh-oleh untuk ibu mertuanya, karena jika harus membuat sendiri ia tidak bisa dan tidak sempat.

Betapa bahagia hati si Nenek karena dagangannya diborong semua oleh wanita tersebut.
Dengan penuh rasa syukur nenek tua pun segera membeli belanjaan untuk dimasak. Karena sang cucu telah menunggunya dengan penuh harap.

Sahabat yang budiman, dari sepenggal kisah di atas dapat memberi kita contoh, seberapa pun nikmat yang kita rasakan hendaklah untuk selalu bersyukur.
Dengan bersyukur dapat membuat hati merasa tenang, sehingga apapun yang kita lakukan akan membawa berkah dan kemenangan.
Marilah menjadi insan yang selalu bersyukur baik itu melalui perkataan ataupun perbuatan atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT.


Taiwan, 23 Juni 2015

                                                    ~~~@@~~~










KAYAKAH INDONESIAKU



INDONESIA KAYA NAMUN RAKYAT MASIH SENGSARA
Oleh: Etty Diallova (KPKers Taiwan)

Indonesia tekenal dengan sebutan Nusantara (Pulau Antara). Karena memiliki pulau terbanyak di dunia, yang berjumlah 17.508 pulau. Salah satu adalah pulau Samosir. Yang terletak di tengah Danau Toba. Pulau Samosir adalah pulau terunik di dunia, yang memiliki banyak keistimewaan.
 Indonesia juga terkenal negara muslim terbesar di dunia, dan memiliki aneka ragam kebudayaan dan bahasa daerah.contohnya bahasa Jawa dan Sunda. Bahkan terkenal dengan kalimatnya “Aku banggga rek dadi wong Indonesia, soale boso Jowoku terkenal! Boso soko Makku …!“ (1)

Namun Indonesia juga memiliki sisi buruk yang sangat merugikan, di antaranya: Indonesia terkenal dengan kejahatan korupsi yang merajalela, perdagangan manusia (Human trafficking), serta terkenalnya sungai Citarum sebagai sungai terkotor di dunia, serta pemeratan ekonomi yang masih rendah.
Indonesiaku kaya, namun rakyat masih sengsara.


Taiwan, 21 Agustus 2015


(1) “Aku bangga jadi orang Indonesia, karena bahasa Jawaku terkenal! Bahasa dari ibukku …!”

Minggu, 09 Agustus 2015

Lembayung senja

                                       Ganasnya Topan Soudelor Melanda Taiwan
                                     Karya: Etty Diallova Pratama-Taipei


Agustus,7--8, 2015 bumi Taiwan dikuasai oleh Soudelor. Angin topan yang tiga puluh tahun lalu pernah memporak-porandakan Bumi Formosa ini, kini hadir kembali.
Topan Soudelor setara dengan Badai Katrina yang pernah melanda Amerika Serikat ini menguasai Taiwan sejak Jum at, 07 Agustus. Dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
Pada pukul 17.00 Soudelor mulai mendekati Taiwan.
Pada pukul 20.00 Soudelor mulai menguasai Taiwan.
Pada pukul 23.00 Soudelor mulai berjalan menyapu Taiwan.
Pada pukul 02--05 Soudelor menguasai Taiwan dengan keberiangasannya yang luar biasa.

Angin yang kencang ini menguasai daerah Hualien, Yilan, Kaohsiong dan jantung Negeri Taiwan, yaitu kota Taipei. Suodelor mengamuk menyapu perumahan-perumahan kecil di bibir pantai, pohon-pohon rindang, papan-papan reklame serta memadamkan aliran listrik dan saluran televisi.
Bahkan berita duka menimpa WNI yang berada di sini. Seorang TKA bernama Agung Wibowo (25 th) yang berprofesi sebagai ABK (Anak Buah Kapal) pagi ini Sabtu, 08 Agustus ditemukan tertimpa tiang besi penyangga papan reklame di daerah Su Ao, Yilan. Diduga karena lapar kemarin madanekat keluar menggunakan sepeda, menantang arus angin. Sedangkan perkiraan Biro Meoteurologi selamam, pada pukul 23.00 Soudelor berkekuatan 39,5 meter per jam dengan curah hujan 1158 mm, atau pada saat Soudelor tengah beraksi pada puncaknya.

TKA ditemukan petugas pemadam kebakaran yang tengah menyisir timbunan puing-puing di jalan. Jenazah sempat dibawa ke RS. Veteran Su Ao-Yilan, namun dokter memberi keterangan telah meninggal. Sementara di sakunya tidak menemukan kartu tanda pengenal, hanya ditemukan sebuah handphone yang tidak aktif.

Topan Soudelor diprediksi menguasai Taiwan selama dua hari, 7--8 Agustus 2015, setelah itu akan merambah ke Negeri Beton (Hongkong). Pemerintah Taiwan menghimbau kepada masyarakat untuk tetap siaga dan tidak ke luar rumah. Sementara sebanyak 2000 orang penduduk yang tinggal di bibir pantai telah diungsikan menuju daerah-daerah yang tidak terlalu rawan oleh jangkauan Soudelor. Pemerintah juga mengumumkan libur total untuk para pelajar dan pekerja. Ini bertujuan agar tidak terlalu banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Untuk saat ini belum bisa dipastika berapa kerugian materi yang diderita oleh penduduk Taiwan, karena sampai berita ini ditulis, Soudelor terus mengamuk menampakkan taringnya di Negeri Formosa. Yang jelas Topan Soudelor telah menenggelamkan tanaman milik petani, rumah-rumah penduduk, belum lagi mobil-mobil mewah yang tertimpa pohon-pohon, serta merenggut nyawa Putra Pertiwi.
Untuk sementara terdapat laporan 4 orang meninggal, 27 orang luka-luka, serta 1 orang hilang belum tertemukan.
Mari sejenak menundukan kepala, pray for Taiwan, semoga keagungan Allah SWT tetap melindungi kita semua.


Taiwan, 08 Agustus 2015

                                                 ~~@@~~      
               














           

Lembayung senja

Senja merah menghias and




















                                               
                  Ganasnya Topan Soudelor Melanda Taiwan
                                     Karya: Etty Diallova Pratama-Taipei


Agustus,7--8, 2015 bumi Taiwan dikuasai oleh Soudelor. Angin topan yang tiga puluh tahun lalu pernah memporak-porandakan Bumi Formosa ini, kini hadir kembali.
Topan Soudelor setara dengan Badai Katrina yang pernah melanda Amerika Serikat ini menguasai Taiwan sejak Jum at, 07 Agustus. Dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
Pada pukul 17.00 Soudelor mulai mendekati Taiwan.
Pada pukul 20.00 Soudelor mulai menguasai Taiwan.
Pada pukul 23.00 Soudelor mulai berjalan menyapu Taiwan.
Pada pukul 02--05 Soudelor menguasai Taiwan dengan keberiangasannya yang luar biasa.

Angin yang kencang ini menguasai daerah Hualien, Yilan, Kaohsiong dan jantung Negeri Taiwan, yaitu kota Taipei. Suodelor mengamuk menyapu perumahan-perumahan kecil di bibir pantai, pohon-pohon rindang, papan-papan reklame serta memadamkan aliran listrik dan saluran televisi.
Bahkan berita duka menimpa WNI yang berada di sini. Seorang TKA bernama Agung Wibowo (25 th) yang berprofesi sebagai ABK (Anak Buah Kapal) pagi ini Sabtu, 08 Agustus ditemukan tertimpa tiang besi penyangga papan reklame di daerah Su Ao, Yilan. Diduga karena lapar kemarin madanekat keluar menggunakan sepeda, menantang arus angin. Sedangkan perkiraan Biro Meoteurologi selamam, pada pukul 23.00 Soudelor berkekuatan 39,5 meter per jam dengan curah hujan 1158 mm, atau pada saat Soudelor tengah beraksi pada puncaknya.

TKA ditemukan petugas pemadam kebakaran yang tengah menyisir timbunan puing-puing di jalan. Jenazah sempat dibawa ke RS. Veteran Su Ao-Yilan, namun dokter memberi keterangan telah meninggal. Sementara di sakunya tidak menemukan kartu tanda pengenal, hanya ditemukan sebuah handphone yang tidak aktif.

Topan Soudelor diprediksi menguasai Taiwan selama dua hari, 7--8 Agustus 2015, setelah itu akan merambah ke Negeri Beton (Hongkong). Pemerintah Taiwan menghimbau kepada masyarakat untuk tetap siaga dan tidak ke luar rumah. Sementara sebanyak 2000 orang penduduk yang tinggal di bibir pantai telah diungsikan menuju daerah-daerah yang tidak terlalu rawan oleh jangkauan Soudelor. Pemerintah juga mengumumkan libur total untuk para pelajar dan pekerja. Ini bertujuan agar tidak terlalu banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Untuk saat ini belum bisa dipastika berapa kerugian materi yang diderita oleh penduduk Taiwan, karena sampai berita ini ditulis, Soudelor terus mengamuk menampakkan taringnya di Negeri Formosa. Yang jelas Topan Soudelor telah menenggelamkan tanaman milik petani, rumah-rumah penduduk, belum lagi mobil-mobil mewah yang tertimpa pohon-pohon, serta merenggut nyawa Putra Pertiwi.
Untuk sementara terdapat laporan 4 orang meninggal, 27 orang luka-luka, serta 1 orang hilang belum tertemukan.
Mari sejenak menundukan kepala, pray for Taiwan, semoga keagungan Allah SWT tetap melindungi kita semua.


Taiwan, 08 Agustus 2015

                                                 ~~@@~~